Pengganti Guru Nanak

HTML marquee Tag Wahe Guru Wahe Guru Wahe Guru Ji, Satnam Satnam Satnam Ji
Para Pengganti Guru Nanak
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Guru Nanak oleh para penganut dan pengikut agama Sikh diakui sebagai Guru Agung, Guru Utama Yang Suci, yang telah melahirkan dan mengajarkan satu agama yang sangat berbeda dengan Hindu. Justru, ide-ide keagamaannya hampir sama dengan ide keislaman, terutama dari segi mistik. Itulah sebabnya Guru Nanak juga dikatakan sebagai seorang sufi.

Akan tetapi, agama Sikh mengalami perjalanan sejarah yang ironis. Bersamaan dengan perjalanan waktu yang dilalui, orang-orang Sikh yang menyebut diri mereka sebagai pengikut setia Guru Nanak, mulai semakin dekat kepada Hinduisme dan sebaliknya, semakin asing dari Islam.
Sampai dewasa ini, pengikut agama Sikh mempercayai dan mengikuti sepuluh orang guru yang sangat besar peranannya dalam sejarah agama Sikh. Mereka terdiri dari Guru Nanak, sebagai pelopor dan Guru Agung yang suci itu, beserta Sembilan orang guru penggantinya secara berturut-turut. Kesembilan orang guru tersebut masing-masing berkuasa penuh selama masa jabatannya untuk mengendalikan kemana agama dan umat Sikh akan dibawa. Berikut adalah urutan masing-masing guru yang sepuluh itu beserta peranan masing-masing dalam perjalanan sejarah agama Sikh:


1.      Guru pertama, Guru Nanak, dianggap sebagai pendiri agama Sikh. Riwayat hidupnya sudah diuraikan.
2.    Guru Angad (1539-1552).
Ia menjadi guru karena ditunjuk langsung oleh Guru Nanak sebagai penggantinya. Dengan kebijaksaannya, ia berhasil mencegah terjadinya perpecahan antara para pengikutnya dengan mereka yang mengikuti putra Guru Nanak, Sri Chand, yang menuntut bahwa dialah yang berhak untuk menggantikan bapaknya.
3.    Mengorganisir orang-orang Sikh menjadi sanggat atau jamaah dan mendirikan lembaga yang dikenal dengan Guru-ka-Langar atau Dapur Umum, tempat dimana semua orang dari seluruh kasta dengan bebas mengambil makanan bersama-sama. Guru Amar Das dianggap sebagai Guru yang berusaha keras mengadakan perubahan sosial atau pembaharu sosial yang besar. Guru Amar Das juga melarang orang Hindu melakukan pemujaan terhadap Sakti, membakar janda yang ditinggal mati suaminya.
4.    Guru Ram Das (1574-1581).
Guru ini memulai penggalian danau besar yang disebut Amritsar, juga merencanakan konstruksi kuil emas di tengah-tengah danau tersebut. Lokasi danau itu disediakan oleh Sultan Akbar dan peletakan batu pertama pembangunan kuil tersebut dilakukan oleh seorang sufi besar, Hazrat Mian Meer dari Lahore. Ram Das mulai melakukan tradisi mengumpulkan sumbangan tetap, semacam zakat, dari para pengikutnya. Sumbangan ini dimaksudkan untuk mengatur masyarakat Sikh yang semakin nyata wujudnya. Dia juga mulai mengangkat pejabat-pejabat yang disebut Masand untuk memimpin upacara agama dan mengumpulkan sumbangan tersebut. Ram Das adalah guru pertama yang menunjuk putra sebagai penggantinya.
5.     Guru Arjun (1581-1606).
Guru ini memainkan peranan yang sangat penting dan menentukan dalam sejarah agama Sikh dan para pengikutnya. Hal ini disebabkan: pertama, ia menyelesaikan pembangunan kuil emas Amritsar; kedua, ia menyempurnakan penyusunan kitab suci agama Sikh, Adi Granth; ketiga, ia mengorganisir orang-orang Sikh menjadi satu masyarakat yang berdiri sendiri terpisah dari lainnya, dengan kitab suci sendiri yang ditulis berdasarkan naskah-naskah mereka sendiri, dengan danau suci dan rumah ibadah sendiri pula. Guru Arjun dianggap sebagai Sachcha Padshah (kaisar yang benar) oleh para pengikutnya. Arjun telah mengadakan inovasi terhadap agama Sikh, seperti menciptakan pakaian pimpinan kebaktian, memperluas ajaran-ajaran agama Sikh berdasarkan ijtihadnya sendiri, dan menata masyarakat Sikh ke arah suatu masyarakat yang bakal menjadi satu kerajaan yang dicita-citakannya. Arjun adalah guru pertama yang mengambil peranan aktif dalam kehidupan politik sehingga terlibat dalam konflik dengan kaisar Jehangir (1605-1927).
6.    Guru Har Gobind (1606-1645).
Karena golongan Sikh sudah terlibat dalam pertentangan-pertentangan politik secara terbuka dan langsung sejak masa Guru Arjun, maka Har Gobind mulai berpikir tentang keamanan dan keselamatan dirinya. Untuk itu, ia mengangkat pengawal-pengawal pribadi dan memerintahkan para pengikutnya untuk memasuki dinas ketentaraan. Di kuil-kuil Sikh nyanyian-nyanyian suci yang penuh kedamaian digantinya dengan mendengarkan lagu-lagu perjuangan. Selain itu, kursus-kursus keagamaan diganti pula dengan pelajaran tentang rencana-rencana penaklukan atau strategi militer. Dibawah kepemimpinannya, kaum Sikh berusaha menggempur pasukan-pasukan kerajaan kaisar Shah Jehan.
7.     Guru Har Rai (1645-1661).
Ia adalah cucu Har Gobind. Ia berusaha keras meningkatkan semangat kemiliteran kaum Sikh. Untuk itu, ia menjalin kerjasama dengan Dara Shikoh, seorang moderat, putra Shah Jehan. Har Rai pernah membantu Shikoh dalam peperangannya melawan Aurangzeb sampai mencapai kemenangan.
8.    Guru Har Krishen (1661-1664).
Guru Har Rai tidak menunjuk putranya yang tertua, Ram Rai, menjadi penggantinya, melainkan Har Krishen, putranya yang kedua. Hal ini disebabkan karena putra tertuanya itu menjalin hubungan dengan musuhnya, Aurangzeb, seperti yang telah disebutkan diatas. Hari Krishen sendiri waktu itu masih kecil. Oleh karena itu, pengangkatannya adalah sebagai simbol belaka, karena ia meninggal saat usia Sembilan tahun. Ram Rai tidak mau patuh dan tidak menerima adiknya sebagai guru. Ia memisahkan diri dan mendirikan sekte sendiri bersama para pengikutnya. Mulai saat itu gejala perpecahan di kalangan kaum Sikh semakin terlihat.
9.    Guru Tegh Bahadur (1664-1675).
Pada saat Hari Krishen meninggal dunia, beberapa orang utama di lingkungan kaum Sikh tampil menuntut agar diangkat menjadi guru penggantinya. Pilihan akhirnya jatuh pada Tegh Bahadur. Ram Rai, saingan terdekatnya, semakin kecewa karena merasa bahwa yang paling berhak menjadi guru menggantikan adiknya adalah dirinya sendiri. Kekecewaannya itu membuatnya semakin memisahkan diri dari kaum Sikh pada umumnya, dan menjadikan dirinya sebagai musuh utama Tegh Bahadur. Namun, Tegh Bahadur ternyata orang yang kuat dan berhasil menjadikan dirinya sebagai seorang panglima perang yang pertama bagi kaum Sikh yang telah berhasil memperluas pengaruh agama Sikh sampai ke wilayah-wilayah India bagian selatan, bahkan sampai ke Ceylon.
10.                        Guru Gobind Singh (1675-1708).
Selain Guru Har Gobind yang sempat menjadi guru selama kurang lebih 39 tahun, maka Guru Gobind Singh adalah guru kedua yang paling lama menjabat sebagai guru, yaitu 33 tahun. Ia adalah putra Tegh Bahadur. Selama dua puluh tahun ia berhasil menahan diri dari dendam terhadap orang yang membunuh ayahnya. Waktu selama itu ia pergunakan untuk mengkonsolidasi diri dan kekuatan. Ia menyusun rencana untuk menjadikan dirinya sebagai jagoan Hindu melawan penguasa Mughal. Untuk itu, ia berusaha memperbesar masuknya pengaruh Hindu ke dalam agama Sikh. Ia mulai menulis beberapa cerita tentang dewa-dewi Hindu. Syair-syair agama Hindu, yang dikutipnya dari Ramayana dan Mahabharata, dikembangkannya di kuil-kuil Sikh bersama-sama dengan Adi Granth.
Guru Govind Singh menetapkan adanya upacara yang disebut Khanda-di-Pahul (pembaptisan dengan mata pedang) untuk membaptiskan lima orang murid pilihannya yang utama dengan perangkat pembaptisan yang terdiri dari sebuah mangkuk berisi air dan gula. Air diaduk dengan sebuah pisau besar atau sebuah pedang kecil yang bermata dua (disebut Amrita). Lima orang murid pilihannya disebut Piyaras, meminum Amrita tersebut. Setelah itu mereka disuruh memakan apa yang disebut Karah Parshad, sejenis bubur. Setelah mengikuti upacara pembaptisan, para murid diresmikan memakai nama singh di akhir nama masing-masing. Maksud pemakaian nama tersebut adalah agar setiap pemimpin Sikh memiliki keberanian seperti keberanian singa-singa di dalam hutan. Selain menerima pembaptisan dan menyandang nama Singh, mereka juga harus memakai lima istilah simbol, yang setiap istilah tersebut dimulai dengan huruf “K”:
–          Kesh (rambut dan jenggot yang tidak dipotong),
–          Kangha (sisir);
–          Kirpan (pedang);
–          Kach (celana panjang sampai lutut);
–          Kara (sebuah gelang yang terbuat dari baja).
Lima hal tersebut menjadi pertanda utama untuk menentukan golongan Sikh pengikut guru kesepuluh. Selain itu, Guru Govind Singh juga berpesan kepada murid-muridnya yang telah dibaptis itu agar mereka terus mewarisi semangat dimana saja dan kapan saja mereka berada.
Setelah sepuluh guru, kaum Sikh tidak lagi memiliki guru-guru lanjutannya. Kedudukan guru digantikan oleh Adi Granth, kitab suci mereka yang sudah sempurna disusun selama jangka waktu hampir 150 tahun. Sepeninggal Guru Govind Singh, para pengikutnya melanjutkan tradisi yang telah diwariskannya. Lima orang murid pilihan membaptis pengikut-pengikut pilihannya untuk memperkokoh jamaah baru mereka. Jamaah baru ini kemudian terkenal dengan nama Khalsa Panth atau “Jalan Yang Murni”, sementara mereka yang dibaptis disebut dengan Khalsas, yang berarti “Seorang yang suci murni”.
Namun demikian, tidak semua orang Sikh menerima ajaran tentang pembaptisan ini. Mereka yang menolaknya disebut golongan Shajdharis, atau “orang yang hidup tenteram”. Mereka membentuk sebuah sekte tersendiri yang berbeda jauh dengan Khalsa Panth.
Golongan Sikh Khalsa Panth lama kelamaan menjelma menjadi kekuatan militer yang sangat handal. Orang yang menggabungkan diri ke dalamnya, terutama dari kelompok Jat, adalah mereka yang diilhami oleh semangat kebencian yang mendalam terhadap Islam. Bagi mereka, menjadi Sikh berarti secara terang-terangan melahirkan rasa permusuhan terhadap umat Islam dan kaum Brahmanisme. Dengan persenjataan yang kuat, mereka siap memberikan pukulan yang menghancurkan terhadap Islam. Untuk itu, mereka siap pula mengorbankan segala-galanya, termasuk jiwa dan raga mereka. Jika mereka berhasil dalam menghancurkan kekuatan Islam itu, maka ganjaran yang mereka harapkan hanyalah lambang sikh saja, tidak yang lain.
Semangat perang benar-benar dibina dan dihidup-suburkan oleh Guru Govind Singh. Pertama-tama ia mulai menyerang suatu pemerintahan raja-raja semi Hindu di bukit-bukti Shivalik yang menjadi daerah mandate kekaisaran Mughal. Kemudian atas dorongan raja-raja yang menguasai daerah pegunungan, mereka bergandengan tangan untuk menghancurkan kekuasan Mughal sendiri. Namun, raja-raja kecil itu ternyata bermuka dua. Satu saat mereka memihak dan membantu Govind, tetapi di lain saat mereka memihak kaisar Mughal, dengan mengadakan perjanjian-perjanjian dengan para perwira lapangan pihak kaisar.
Dalam percobaan mengadakan perang terbuka ini, pasukan Govind mengalami kekalahan dan hampir saja dihancurkan seluruhnya oleh pasukan Aurangzeb, kalau saja kaisar tersebut tidak segera memerintahkan penghentian penghancurannya. Kaisar tersebut memperlihatkan kebesaran jiwanya. Akan tetapi, kebaikan kaisar itu dipandang guru sebagai kesempatan yang sangat menguntungkan untuk menyusun rencana baru dan mengadakan reorganisasi dan rekonsolidasi para pengikutnya.
Sewaktu kaisar Aurangzeb kembali ke pusat kerajaan dan tanggung jawab diserahkan kepada raja-raja kecil itu, maka raja-raja ini bersatu menyerang posisi kaum Sikh di Anandpur. Raja-raja daerah mengalami kekhawatiran kalau-kalau Guru Govind merampas daerah mereka untuk mewujudkan kerajaan sendiri. Kaum Sikh mengalami kekalahan total dan kehilangan segala yang mereka miliki. Guru Govind melarikan diri dan meminta bantuan kepada golongan Jat. Ia juga menulis kepada Aurangzeb melaporkan bahwa ia dan para pengikutnya sedang mengalami penderitaan, ia memohon kaisar membantu mereka membebaskan diri dari penderitaan itu. Kaisar memerintahkan gubernur Punjab untuk menghentikan penghancuran terhadap Govind Singh dan pasukannya. Kemudian kaisar memanggil untuk menghadap karena akan diberi tugas khusus. Guru memenuhi panggilan itu dan berangkat ke ibukota kerajaan. Namun, di dalam perjalanan Aurangzeb meninggal dunia. Tetapi, kedatangannya di ibukota disambut oleh Bahadur Shah I, yang memerintah sebagai pengganti Aurangzeb.
Akan tetapi kaisar kemudia banyak terlibat dalam peperangan-peperangan melawan kaum Sikh. Setelah Govind mengetahui kaisar memiliki banyak kelemahan, maka akhirnya Govind bangkit kembali menentang kerajaan. Govind memerintahkan seorang pengikut fanatiknya, Banda, untuk membangun kekuatan militer yang akan melakukan pembunuhan terhadap kaum Muslimin di Punjab sebagai pembalasan atas kekalahannya di Anandpur dulu. Namun, mereka tidak berhasil sepenuhnya melaksanakan rencana penghancuran umat Islam itu, karena Govind Singh dibunuh oleh Pathan, orang yang bapaknya dulu dibunuh olehnya hanya gara-gara suatu perkara kecil saja.
Akibat lain yang diderita kaum Sikh karena politik Govind Singh adalah kematian semua putra Govind dalam pertempuran.

Comments

Popular posts from this blog

Ciri-Ciri Kaum Sikh

Beda Sikh Dengan Muslim

Tiga Ketentuan Disiplin Sikh